Sabtu, 13 Maret 2010

Potensi Objek Wisata Cipanjalu di Desa Bahara




BERITA.Com

Potensi objek wisata Cipanjalu yang berada di Desa Bahara tak kalah menariknya dengan objek wisata Situ Lengkong di Desa Panjalu, yang bertetanggaan ini. Pemerinthan Desa Bahara yang kini dipimpin Idin Wahidin siap melakukan penataan dan pengembangan kawasan hutan Cipanjalu menjadi objek wisata terpadu (agrowisata) di wilayah Ciamis Utara.

“Objek wisata keramat Cipanjalu yang berada di Desa Bahara ini, bila dilakukan penataaan yang serius terutama dari investor, kami merasa optimis akan banyak dikunjungi wisatawan. Apalagi di kawasan ini terdapat tempat ziarah makam keramat Eyang Prabu Cakradewa, ayahanda Prabu Borosngora dari Panjalu,”ungkap Idin Wahidin, Kepala Desa Bahara.

Idin mengakui, bahwa objek wisata Cipanjalu memang belum ada penataan secara optimal, sehingga kurang begitu dikenal masyarakat secara luas. “Namun bila ditata dan dikembangkan sebagai agrowisata, saya optimis objek wisata Cipanjalu akan dikenal ke berbagai daerah, karena Cipanjalu ini merupakan tempat tileum atau ngahyang (mengilang) Prabu Cakradewa, ayahjanda Prabu Sangyang Borosngora yang menjadi Raja Panjalu Islam Pertama. Ketokohan sara Prabu Cakradewa tak diragukan lagi oleh masyarakat Panjalu,”tuturnya.

Potensi yang dimiliki objek wisata Cipanjalu ini, lanjut Idin Wahidin, karena adanya hutan lindung yang selalu terawatt, komplek makam keramat Prabu Cakradewa, sumber mata air yang berkhasiat obat, Ciriung Sumur Tujuh, berkeliarannya binatang yang lestari, situs-situs maupun Batu Tulis Tampian Dalem peninggalan semasa kerajaan dipimpin Prabu Cakradewa.

Keberadaan hutan lindung yang masih perawan dan terjaga keasliannya dengan aneka pepohonan langka mewarnai kewasab objek wisata Cipanjalu ini, pada saat kuncennya dipegang oleh H.Ayok Sukaryo menerima penghargaan Kalpataru dari Pemerintah RI pada tahun 2007 (semasa Presiden Megawati Soekarno Putri) sebagai penyelamat hutan, dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Desa Bahara.

“Untuk penataan dan mengembangan objek wisata Cipanjalu hingga layak jual dan banyak dikunjungi wisatawan terutama berziarah ke makam kramat Prabu Cakradewa bahkan untuk menjadi kawasan objek agrowisata, memang membutuhkan kucuran dana dari Pemkab Ciamis maupun Pemrov Jawa Barat,”jelas Kades Bahara.

Bila dijadikan agrowosata atau objek wisata terpadu, menurut Idin Wahidin, maka bakal banyak wisatawan yang berkunjung ke Cipanjalu terutama yang berziarah.”Karena itu, kami saat ini tengah berusaha mencari bantuan baik kepada pemerintah maupun investor,”ujarnya secara menyebutkan, ia punya program apektakuler yakni membendung Sungai Bojong dan pesawahan untuk dijadikan danau seluas 3 hektar, dan 2 hektar lagi membuat kawasan agrowisata.

“Kalau ada investor yang mau menggarap wisata terpadu Cipanjalu ini dengan membendung Sungai Bojong dan agrowisata, Pemdes Bahara akan memberikan berbagai kemudahan, terutama dalam hal pembebasan lahan,"ujar Idin Wahidin.
SEJARAH SINGKAT
Sementara itu, Tukiman selaku jurukunci Cipanjalu sekaligus Kaur Ekbang Desa Bahara mengungkapkan sejarah singkat mengenai keberadaan Cipanjalu yang menjadi istana Prabu Cakradewa hingga ‘ngahyang’ menghilang.
Kerajaan Panjalu yang juga dikenal sebagai Kerajaan Soko Galuh Panjalu didirikan oleh seorang puteri raja keturunan Raja Galuh yang bernama Ratu Permana Dewi bergelar Ratu Galuh Cipta Permana Dewa Nyakrawati Ing Nusa Jawa.
Ratu Permana Dewi diperistri oleh Prabu Rangga Gumilang, putera Prabu Batara Tesnajati, yakni Raja Panjalu dari Karantenan Gunung Syawal. Beliau kemudian memindahkan keratonnya ke Dayeuh Luhur Panjalu dan kemudian meletakkan dasar-dasar “Ajaran Karahayuan”, yang merupakan pedoman hidup masyarakat dan Negara (falsafah kerajaan).Kemudian peletakan Ajaran Karahayuan tersebut dikukuhkan oleh puteranya bernama Prabu Lembur Sampulur I yang dikenal sebagai “Raja Panjalu Leluhur”
Pemegang tahta Kerajaan Panjalu diteruskan oleh puteranya, yakni Prabu Cakradewa, seorang raja arif bijaksana serta memiliki kemampuan mambaca tanda-tanda zaman (weruh sadurung winarah, waspada permana tingal). Prabu Cakradewa sangat teguh melaksanakan Ajaran Karahayuan yang diwariskan nenek-kakeknya, Ratu Permana Dewi dan Prabu Rangga Gumilang.
Prabu Sanghyang Cakradewa yang juga dikenal sebagai raja linuhung (berilmu tinggi dan berwawasan luas) dan pinandita (bersifat wiku) serta memegang teguh Ajaran Karahayuan mendambakan pewaris tahta kerajaannya dipegang oleh orang yang memiliki ilmu dan kemampuan yang berguna bagi generasi menerusnya.
Prabu Cakradewa memiliki putera 6 orang, yakni Prabu Lembur Sampulur II, Sanghyang Prabu Borosngora, Panjibarani, Mamprang Kancana Artas Wayang, Anggarunting dan Pundut Agung.Prabu Borosngora adalah salah satu putranya yang dianggap memiliki kepribadian yang menonjol sehingga layak menjadi pewaris tahta Kerajaan Panjalu.(REDI MULYADI)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar